www.uisu.ac.id, Medan-Mantan Pendeta yang juga Rektor Universitas Kristen Papua, Yahya Waloni tabligh akbar di hadapan kalangan civitas akademika Universitas Islam Sumatera Utara. Yahya mengungkapkan berbagai alasan berpindah agama menjadi penganut Islam. Hadir dalam acar itu, Rektor UISU, Dr. H. Yanhar Jamaluddin, MAP, seluruh jajaran Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, dosen dan pegawai dari lingkungan UISU. Hadir juga unsur Pembina, Pengawas dan Pengurus Yayasan.
Dihadapan jamaah tabligh akbar peringatan 1 Muharram 1441 H yang berlokasi di Mesjid Jami UISU, Yahya mengungkapkan bahwa selama menganut Islam mendapatkan ketenangan dalam hidupnya. Dia mengaku bahwa Islam telah membawa dirinya kepada akhlak mulia. “Dalam Islam diajarkan bersuci dengan wudhuk untuk mendekatkan diri kepada Allah,”ujarnya
Dikatakannya, wudhuk memberi pelajaran yang cukup tinggi tentang hidup seperti membersihkan tangan berarti tidak boleh memegang hal-hal yang kotor. “Hal yang dilarang dalam agama seperti mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak halal,”ujarnya
Begitu juga dengan membersihkan mulut yang artinya tidak boleh membicarakan hal-hal yang tidak baik. “Islam menmgajarkan jika tidak mampu berbicara hal yang tak baik, maka lebih baik diam,” begitu pandangan Ustad Yahya Waloni asli Manado itu mengutip hadis Nabi.
Yahya juga mengatakan bahwa membersihkan wajah termasuk di dalamnya mata dalam berwuduk artinya agar umat islam tidak melihat hal-hal yang tidak baik seperti melihat dengan mengundang syahwat. “Membersihkan kaki berarti tidak boleh melangkah ke tempat-tempat maksiat,”ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Yahya Waloni yang belakangan ini banyak mendapat tawaran mengisi ceramah dari berbagai daerah di Indonesia itu juga menegaskan bahwa sisa hidupnya hanya diabdikan berjuang untuk agama Islam. “Sebab agama yang benar dan sempurna datangnya dari Allah SWt, menurut Waloni, adalah agama Islam,”katanya.
Sebab itu, Yahya Waloni mengajak semua orang untuk masuk ke dalam agama Islam secara kaffah dan meninggalkan kekafiran. Karena menurut dia, Islam agama yang benar, tidak ada agama yang benar kecuali agama islam. “Jika tidak mau meninggalkan kekafiran, maka siap-siap memasuk ke dalam api neraka, begitu tegas Waloni.
Sementara itu, Rektor UISU Dr. H. Yanhar Jamaluddin, MAP, juga mengingatkan bahwa untuk menjadi muslim yang mulia harus mencapai derajat yang sempurna. Itu artinya harus menunjukkan niat dan keinginan untuk berubah menjadi lebih baik. “Tablihg Akbar harus dijadikan moment evaluasi diri sejauhmana hasil yang kita capai saat ini dan apa lagi yang harus kita lakukan pada saat yang akan datang,” kata Rektor.
Rektor berharap, kalangan civitas akademika untuk bekerja sesuai dengan bidang dan kemampuan masing-masing dengan penuh ikhlas dan tuntas. Lebih-lebih lagi harus saling melengkapi dengan kerjasama yang baik. Sisi lain, Rektor UISU juga mengajak jajarannya untuk terus melaksanakan amal ibadah dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. (humas)
kontributor : rasyid
redaktur : zakaria