Medan-www.uisu.ac.id,Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Sumatera Utara melakukan kegiatan bedah buku Islam Transitif Filsafat Milenial karangan Dr. H Ansari Yamamah, MA, Dosen UINSU dengan pembanding Dr Muhammad Firman Maulana, MAg, Rabu (26/6) di kampus Jalan SM Raja Medan.
Kegiatan yang dibuka Rektor Dr. Yanhar Jamaluddin, MAP diwakili Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kewirausahaan, Ahmad Bakhori ST, MT dihadiri Pembina Yayasan UISU T Hamdy Oesman Delikkan Alhajj, Plt Dekan FAI Hj Tuti Alawiyah, Ka Prodi, pegawai, dan mahasiswa.
Bedah buku ditandai dengan pemberian buku Islam Transitif Filsafat Milenian, oleh pengarangnya Ansari Yamamah, kepada para dekan di lingkungan UISU dan rektor UISU yang diwakili wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kewirausahaan. Ansari memaparkan bahwa Islam transitif adalah bukan sebagai Islam doktrin, tetapi sebagai pemikiran. Islam sebagai pemikiran boleh saja menambah embel-embel menjadi Islam Transitif, Islam Nusantara, Islam Ortodok, dan sebagainya. Sedangkan Islam sebagai pemikiran tidak boleh lagi dikutakkatik, seperti ajaran tentang kesesaan Allah, Shalat, puasa, zakat dan haji.
Islam transitif, menurut Ansari, Islam yang menganjarkan umat untuk berpikir cerdas, kreatif, dan mampu melahirkan ide-ide baru untuk kemajuan umat manusia. Islam transitif dikaji menggunakan berbagai pendekatan keilmuan seperti lughawiyah, ushul fiqh, sosiologis, saintifik, dan hermeneutika. Hermeneutika adalah salah satu jenis filsafat yang mempelajari tentang interpretasi makna. Nama hermeneutika diambil dari kata kerja dalam bahasa Yunani hermeneuein yang berarti, menafsirkan, memberi pemahaman, atau menerjemahkan.
Pembanding, Dr. Muhammad Firman Maulana dari FAI UISU tidak sependapat dengan melengketkan istilah Islam dengan Transitif. Sebab, menurut dia, dengan melengketkan istilah transitif membuat Islam menjadi terkhususkan. “Seharusnya Islam adalah menjadi agama yang universal, tidak boleh menjadi sempit,”kata Maulana.
Begitu juga dengan pendekatan yang digunakan dalam kajian Islam Transitif yang menggunakan pendekatan hermeneutika membuat Islam transitif menjadi lebih mengkawatirkan. Hermeneutik digunakan sebagai alat untuk memahami sebuah teks suci pada awal abad 17 dan 18 M.